Oleh: Mokhamad Abdul Aziz* Terungkapnya skandal korupsi dana bansos yang melibatkan salah seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Semarang, membuat para akedmisi sakit hati. (Suara Merdeka, 22/03/2013). Tak hanya itu, mahasiswa yang di kenal sebagai kaum intelektual yang kritis, dan progresif kali ini harus jatuh citranya di mata masyarakat. Bagaimana tidak, mahasiswa yang selalu berada di garda terdepan dalam menyuarakan gerakan antikorupsi, justru harus menerima pil pahit, dengan melakukan tindakan munkar tersebut. Sebagai akademisi, seharusnya mahasiswa sangat tidak pantas melakukan tindakan yang sudah jelas-jelas menyimpang dan merugikan rakyat itu. Namun, bukan berarti selain mahasiswa, pantas atau boleh melakukan perbuatan itu. Mahasiswa menempati posisi tertinggi daam konteks pendidikan di Indonesia. Di sinilah letak perbedaannya. Status mahasiswa sebagai kelompok masyarakat yang idealis—dalam menyuarakan kesejahteraan rakyat dan menuntut keadilan berbangsa—menjadi pertimbangannya.
Dalam konteks ini, apabila sama-sama melakukan kejahatan atau tindakan pelanggaran, antara mahasiswa dengan bukan mahasiswa, tentu perlakuan dan pandangan publik akan berbeda. Dengan kata lain, jika yang melakukan tindakan tercela itu adalah salah seorang mahasiswa, tentu stigma negatif yang diberikan masyarakat akan lebih tinggi dibandingkan jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah selain mahasiswa. Tanggung Jawab Dari sinilah, terlihat bahwa mahasiswa memang mempunyai keistimewaan status dan peran dalam kehidupan sosial maysarakat. Oleh sebab itu, salah satu bagian dari civitas akademica ini harus pintar menjalankan status dan peran tersebut. Sudah menjadi keniscayaan jika mahasiswa harus cerdas, baik cerdas secara intelektual, spiritual, maupun emosional. Maka kewajiban selanjutnya adalah bagaimana mahasiswa menggunakan kecerdasannya itu untuk kepentingan umat dan bangsa. Karena itulah, tidak asing jika kita sering mendengar bahwa mahasiswa mempunyai tanggung jawab sosial, atau yang biasa disebut agent of social change. Dalam hal ini, mahasiswa dituntut untuk melakukan sebuah gerakan untuk merubah kondisi masyarakat dari yang awalnya buruk menjadi baik, dari yang awalnya stagnan menjadi maju, dari yang awalnya salah menjadi benar, dari yang awalnya baik menjadi semakin baik dan lain sebagainya. Tanggungan sosial itu secara otomatis melakat pada seseorang, jika ia memilih menjadi mahasiswa. Mengapa? Alasannya sederhana, kecenderungan masyarakat yang menganggap bahwa mahasiswa lebih tahu bagaimana dan apa yang harus dilakukan jika terjadi sesuatu. Karena itulah mahasiswa punya tugas mulia untuk menyelesaikan persoalan yang ada di dalam masyarakat. Tugas wajib ini merupakan bentuk hubungan timbal balik antara mahasiswa dan masyarakat. Dalam hal ini, tentu masyarakat mempunyai andil besar dalam rangka memajukan pendidikan di negeri ini, termasuk dalam konteks perguruan tinggi. Mahasiswa bisa kuliah, selain harus membayar sejumlah biaya, juga karena adanya uang rakyat yang secara tidak langsung telah membantu mereka. Pajak-pajak yang telah dibayarkan setiap bulannya oleh masyarakat, dari kalangan elite dampai kalangan “bawah”, sebagian besar dianggarkan pemerintah untuk pendidikan, yang salah satunya untuk pendidikan tinggi. Maka dari itu, mau tidak mau mahasiswa harus membalas semua itu dengan menujukkan kritisime dan idealitas dalam setiap persoalan dan peka terhadap kebutuhan masyarakat. Tentu saja banyak cara untuk menjalankan tugas itu, mulai dari turun langsung ke lapangan untuk menyelesaikan persoalan yang ada, sampai dengan cara-cara cerdas, misalnya dengan melakukan negosiasi dengan pemerintah jika ada kebijakan yang tidak pro rakyat, terlebih rakyat kecil. Atau dengan melakukan demonstrasi ketika cara-cara yang lebih “cerdas” itu tidak mampu menyelesaikan masalah. Namun, terlepas dari semua itu, yang harus dipahami adalah bagaimana mahasiswa mampu memainkan fungsi dan peranannya itu dengan sebaik mungkin, sehingga citra mereka tidak buruk di mata rakyat. Bahaya Korupsi Mengancam Dalam konteks ini, jika mahasiswa ternyata justru gagal melaksanakan misinya sebagai agen perubahan sosial, maka konsekuensi logisnya adalah mahasiswa harus menerima cercaan dan hinaan dari mayarakat yang sangat berharap pada mereka. Korupsi memang sudah menjadi penyakit kronis negeri ini. Namun, bukan berarti mahasiswa harus ikut-ikutan terkena penyakit berbahaya itu. Justru sebaliknya, mahasiswa harus berada di depan dalam rangka memerangi korupsi yang telah membuat negeri yang subur ini belum juga makmur. Oleh sebab itu, mulai dari diri sendiri, kini mahasiswa harus sadar akan status dan perannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab, dengan itulah selanjutnya akan mudah. Dalam konteks korupsi, sebenarnya banyak sekali aktivitas yang secara langsung tidak kita sadari, tetapi ternyata menumbuhkan benih-benih korupsi. Sebut saja, kebiasaan mencontek pada saat ada ujian atau ulangan, budaya copy-paste ketika mengerjakan makalah atau laporan penelitian, dan lain sebagainya. Jika hal itu tidak segera disadari dan dihindari, maka mustahil mahasiswa akan terbebas dari sikap koruptif yang membahayakan masa depan bangsa. Satu hal yang harus dicatat dan dilakukan oleh mahasiswa adalah bahwa sekali lagi mahasiswa mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh kebanyakam orang. Oleh sebab itu, memaksimalkan kelebihan tersebut adalah hal yang harus dilaksanakan. Dalam konteks ini, mahasiswa harus selalu berada di garda terdepan dalam upaya pemberantasan korupsi. Sebab, salah satu masalah utama yang paling membuat negeri ini tidak segera maju adalah korupsi. Tak ada kata lain untuk mahasiswa selain bersama-sama mengatakan, “Katakan tidak pada korupsi” dan “Korupsi, No; Antikorupsi, Yes”. _________________________________________________________________________________ *Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Kepemudaan (Kabid PTKP) Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat DakwahIAIN Walisongo Semarang. Dimuat di Rimanews, Wed, 17/04/2013 - 21:01 WIB Read More:
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorMokhamad Abdul Aziz Archives
May 2013
Categories |