_Mokhamad Abdul Aziz Akhir-akhir ini muncul anekdot politik tentang pemimpin yang menggelitik dan menarik untuk diperbincangkan. “Untuk sejahtera, Indonesia hanya butuh pemimpin yang tidak korupsi saja”. Itulah kira-kira ungkapan yang sering kita temui akhir-akhir ini. Ungkapan itu muncul akibat korupsi yang semakin menjadi-jadi. Ungkapan yang menunjukkan kejenuhan dan kemarahan publik terhadap pejabatnya. Hampir setiap hari, pemberitaan mengenai korupsi dan sejenisnya menghiasi media massa, baik cetak maupun elektronik. Sepertinya, masyarakat Indonesia memang sudah lelah melihat para pemimpinnya bertindak korup.
0 Comments
Oleh: Mokhamad Abdul Aziz*
BELUM lama ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan bahwa ia lebih senang presiden di 2014 dari kalangan sipil. Alasannya sederhana: latar belakang militer mungkin mempunyai implikasi positif. Sebab, soal kepemimpinan, dari pangkat pertama sampai menempati posisi strategis, pasti sangat berpengaruh atas kepemimpinannya. Namun, harus diingat bahwa untuk menjadi presiden tidak hanya dibutuhkan kepemimpinan, tetapi juga kompetensi, integritas, komitmen, dan jaringan yang harus diolah untuk kualitas calon pemimpin yang ideal. Satu lagi hal yang sangat penting adalah spiritualitas seorang calon pemimpin. Oleh: Mokhamad Abdul Aziz*
Dalam pandangan umum, politik sering dimaknai sebagai perebutan kekuasaan. Maka tidak mengherankan, jika banyak orang berlomba-lomba masuk ke dalam dunia politik, untuk memperebutkan kekuasaan. Bahkan, sampai saat ini kebanyakan orang juga beranggapan bahwa politik itu kotor dan kejam. Anggapan ini didasari oleh kondisi perpolitikan Indonesia saat ini selalu menampakkan kekotoran dan kekejaman. Sebenarnya, apakah politik itu salah? Oleh: Mokhamad Abdul Aziz
Pernyataan Jusuf Kalla yang meyakini bahwa Indonesia tak butuh waktu lama akan dipimpin oleh presiden dari luar Jawa memang menarik untuk diperbincangkan. Sebab, sejak zaman kemerdekaan sampai dengan saat ini, Republik Indonesia telah memiliki enam presiden, yang dari keenam tersebut hanya BJ Habibie yang berasal dari luar jawa, itupun dalam hanya sebentar –proses transisi– selepas mundurnya presiden Soeharto. Selebihnya, lima presiden RI lainnya berasal dari Pulau Jawa. MOKHAMAD ABDUL AZIZ
Dalam buku The Condition of Man, Lewis Mumford pernah menulis, “Sekarang untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia tidak ada lagi tempat di muka bumi ini untuk berlindung bagi manusia yang tidak berdosa. Sesuatu yang lain telah ditunjukkan di muka mata kita yang nyalang: kebusukan peradaban kita sendiri”. Oleh: Mokhamad Abdul Aziz*
Diakui atau tidak, terpilihnya Sosilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Ketua Umum Partai Demokrat pada Konggres Luar Biasa (KLB) Bali, akhir pekan lalu ibarat dua sisi dari sekeping mata uang yang berbeda. Di satu sisi, SBY memberikan harapan baru kepada Partai Demokrat, karena dianggap akan mampu membuat kondisi internal partai solid dan bisa meningkatkan elektabilitas partai.Namun, di sisi lain, terpilihnya SBY sebagai ketua umum PDmenjadi penyakit bagi demokrasi negeri ini. Oleh: Mokhamad Abdul Aziz*
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan sebagai Ketua Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait bocornya draf Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) Anas Urbaningrum, akhirmya mengumumkan siapa yang ada dibalik pembocoran tersebut. Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi mengungkapkan Wiwin Suwandi sebagai pembocor dokumen sprindik Anas Urbaningrum pada sidang terbuka pada Rabu, 3 April 2013. MOKHAMAD ABDUL AZIZ
Politik dinasti kembali booming meramaikan kamus perpolitikan Indonesia. Lahirnya terminologi politik dinasti di negeri demokrasi tentu menjadi sebuah paradoks tersendiri. Sebab, di tengah demokratisasi yang dijunjung tinggi, justru muncul dinasti yang ada di alam kerajaan. Oleh: Mokhamad Abdul Aziz*
Setelah sempat dikritik karena partai-partai politik tak kunjung menetapkan calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pilgub Jateng 2013, akhir-akhir ini fenomena politik Pilgub Jateng begitu menyita perhatian publik. Meski terkesan terlambat, namun persaingan menuju Jateng satu terlihat sangat sengit, tepatnya ketika detik-detik akhir perdaftaran calon gubernur (Cagub) dan wakil gubernur (Cawagub) akan ditutup. Oleh: Mokhamad Abdul Aziz*
Perang yang terjadi antara TNI Batalyon Armed 15/76 Tarik Martapura dengan Polres OKU di Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU), Bautaraja, Sumatera Selatan beberapa waktu lalu memang sangat memalukan negara ini, khususnya mereka sendiri. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia adalah aparat negara yang mengemban amanat menjaga keamanan wilayah dan warga negara. Tentu saja, kekerasan yang terjadi antara dua kelompok tersebut sangat memalukan dan tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun. |
AuthorMokhamad Abdul Aziz Archives
October 2013
Categories |