Oleh: Mokhamad Abdul Aziz* Setelah sempat dikritik karena partai-partai politik tak kunjung menetapkan calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pilgub Jateng 2013, akhir-akhir ini fenomena politik Pilgub Jateng begitu menyita perhatian publik. Meski terkesan terlambat, namun persaingan menuju Jateng satu terlihat sangat sengit, tepatnya ketika detik-detik akhir perdaftaran calon gubernur (Cagub) dan wakil gubernur (Cawagub) akan ditutup. Sampai pada akhirnya, tiga pasangan Cagub-Cawagub berhasil mendaftarkan dirinya ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jateng. Meski baru belum ditetapkan secara resmi oleh KPU Jateng siapa pasangan Cagub-Cawagub Jawa Tengah yang berhak mengikuti Pilgub Jateng pada 26 Mei 2013 mendatang, namun euforia persaingan politik Jateng sudah sedemikian terasa. Penetapan tersebut baru akan diumumkan KPU pada 11 April nanti.
Para pengamat memprediksi bahwa ketiga pasangan tersebut akan lolos sebagai peserta Pilgub Jateng 2013. Mereka akan bertarung dalam “perang bintang” Pilgub Jateng. Mengapa perang bintang? Sebab, ketiga pasangan tersebut memang jauh-jauh hari sudahdi prediksi akan menjadi peserta Pilkada Jateng. Hanya saja prediksi-prediksi dan harapan-harapan itu ada yang meleset, dan bahkan “mengenaskan”. Tepatnya yaitu ketika satu-satunya perempuan memdeklarasikan diri sebagai Cagub; ia adalah Rustriningsih, Wakil Gubernur Jawa tengah saat ini yang mendaftar lewat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Namun, rekomendasi yang ditunggu-tunggu pun lenyap, saat DPP PDIP memilih merekomendasikan Ganjar Pranowo (Wakil Ketua Komisi II DPR RI) dan Heru Sudjatmiko; yang saat ini juga menjabat sebagai Bupati Purbalingga—sebagai pasangan dari partai pemilik kursi terbanyak di Jateng tersebut. Akhirnya, Rustriningsih harus menerima kenyataan untuk mengurungkan niatnya menjadi Gubernur Jateng dalam pemilihan tahun ini, karena tak ada Partai yang mengusungnya. PDIP Jateng pu mengancam akan memberikan sanksi bagi kader yang menolak keputusan DPP partai berlambang banteng bermoncong putih itu. Kandang Banteng Jawa Tengah memang menjadi kandang atau basis pendukung PDIP di Indonesia. Tak heran, jika persaingan dan dinamika politik di internal partai sudah sangat menguras emosi dan pikiran. PDIP pun menurunkan rekomendasi untuk Cagub-Cawagub pada detik-detik akhir menjelang penutupan pendaftaran calon ke KPU. Entah sebagai strategi partai, agar partai lain menginginkan untuk mencalonkan salah satu figur yang telah mendaftar melalui PDIP kalang kabut, atau memang karena ketatnya persaingan di internal partai. Namun, terlepas dari keduanya itu, PDIP memang seolah ingin menunjukkan bahwa partai yang ketua umumnya adalah Megawati Soekarno Putri itu adalah penguasa di Jawa Tengah. Terbukti dengan keberanian PDIP mengusung pasangan tanpa berkoalisi dengan partai lain—disamping karena telah mencukupi kursi yang disyaratkan KPU—untuk maju dalam kontestasi Pigub. Pembuktian itu semakin ditunjukkan ketika PDIP lebih memilih Ganjar-Heru sebagai pasangan dari partai banteng tersebut. Sebab, sebagaimana yang telah diprediksi, tokoh yang akan mendapatkan rekomendasi dari PDIP adalah Hadi Prabowo, Rustriningsi, atau Don Murdono. Namun, prediksi para pengamat politik dan masyarakat itu dimentahkan dengan gagah oleh PDIP. Diakui atau tidak, Jawa Tengah adalah “kandang banteng”. Dengan kata lain, Jateng merupakan salah satu provinsi yang menjadi basis pendukung partai oposisi pemerintahan SBY tersebut. Pada akhirnya, PDIP mengorbitkan bintangnya; Ganjar-Heru untuk berperang dalam Pilgub pada bulan Mei nanti. Kini tinggal bagaimana PDIP mampu atau tidak mengatur strategi dan taktik untuk memenangkan “bintangya” tersebut. Ekspresi Kekecewaan Terlepas dari keputusan PDIP yang mengejutkan itu, tentu ada pihak yang kecewa dan akhirnya harus meradang menerima kenyataan politik. Mereka yang kecewa tentunya adalah tokoh-tokoh yang menginginkan agar PDIP mengusungnya, salah satunya adalah Rustriningsih. Namun, Rustri memilih untuk tetap setia dengan PDIP meski ia telah dikecewakan. Dengan dalih, lebih baik kecewa dari pada harus menggandaikan idealitas dengan mencalonkan diri melalui partai lain. Kesetiaan Rustri ini diapresiasi oleh para petinggi partai dengan berjanji akan mengorbitkannya dalam politik nasional. Kondisi ini berbeda dengan sikap Hadi Prabowo dan Don Murdono yang juga menunggu rekomendsi dari PDIP ketika itu. Mereka lebih memilih tetap mencalonkan diri sebagai Cagub melalui partai lain. Partai menengah; PKB, PKS, PPP, Partai Gerindra, Partai Hanura, dan PKNU yang melihat peluang itu langsung memasangkan keduanya untuk menjadi salah satu bintang di Pilgub Jateng. Tepatnya, selang dua jam setelah Ganjar-Heru mendaftar ke KPU Jateng, Hadi-Don menyusul dengan percaya diri yang sangat tinggi menjadi salah satu pesaing pasangan dari partainya sendiri. Tak pelak, PDIP langsung mengambil langkah tegas dengan memecat Don Murdono, yang saat ini masih menjabat sebagai Bupati Sumedang, karena dianggap membelot. Sebelumnya, Don menjadi Bupati Sumedang karena diusung oleh PDIP. Kondisi yang sama, juga dialamatkan kepada Gubernur Jateng saat ini, Bibit Waluyo. Bibit yang diusung PDIP pada Pilgub Jateng 2008 itu, justru telah mendaftarkan diri terlebih dahulu melalui partai lain untuk Pilgub Jateng 2013 ini. Bibit yang menggandeng Rektor Unnes Prof Sudjiono Sastro Atmojdo sebagai Cawagubnya diusung oleh tiga partai, yaitu Partai Demokrat, Partai Golkar, dan PAN. Dinamika politik yang begitu menarik telah mewarnai Pilgub Jateng 2013. Kini, dengan harap-harap cemas, publik akan menyaksikan perang bintang para kandidat menuju Jateng satu di kandang banteng. Pasalnya, pasangan yang terpilih nanti diharapkan akan membawa perbaikan untuk Jawa Tengah yang lebih baik. Masyarakat Jawa tengah harus cerdas dalam menentukan pilihan pada Pemilihan gubernur nanti. Jangan sampai terjebak dalam janji-janji politik yang akan dilontarkan para kandidat. Masyarakat harus melek terhadap bintang-bintang yang salah satunya akan memimpin Jateng ke depan. Wallahu a’lam bi al-shawab. *Sekretaris of Center fo Democracy and Religious Studies (CDRS) Kota Semarang, Peraih Beasiswa Unggulan Monash Institute diIAIN Walisongo Semarang. Rimanews, Thu, 28/03/2013 - 06:42 WIB Read more: http://www.rimanews.com/read/20130328/96739/perang-bintang-di-kandang-banteng
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorMokhamad Abdul Aziz Archives
October 2013
Categories |