Oleh: Mokhamad Abdul Aziz Lagi-lagi narkoba menjadi topik utama pemberitaan media massa di akhir bulan ini. Seperti tak ada berita lain, narkoba selalu menjadi top news di berbagai media tanah air. Setelah beberapa waktu lalu media dihiasi dengan pemberitaan kecelakaan Putra Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa, yang dikait-kaitkan dengan narkoba, kini kabar narkoba berasal dari kalangan artis. Badan Narkotika Nasional (BNN) menggerebek kediaman Raffi Ahmad di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Minggu (27/1/2013). Dari penggerebekan itu ditemukan barang bukti dua linting ganja dan 14 butir pil ekstasi. BNN pun sudah memeriksa urin 17 orang yang berada di rumah tersebut. Dari 17 orang itu, lima diantaranya positif menggunakan narkoba. Namun dari lima orang tersebut, tak ada nama ke empat artis yang ikut ditangkap, yaitu Raffi, Wanda, Irwansyah dan istrinya, Zaskia Sungkar. (Wawasan, 28, Januari 2013).
Tentu saja berita ini sangat mengejutkan, karena Raffi Ahmad lebih dikenal sebagai pribadi yang santun dan jujur. Selain itu, Raffi juga termasuk artis multitalent yang dikenal sangat ramah pada para penggemarnya. Tak hanya Raffi, ada juga artis yang juga berada dilokasi saat penggerebekan; Wanda, Irwansyah dan istrinya, Zaskia Sungkar. Terlepas dari benar tidaknya atau terlibat tidaknya Raffi dan kawan-kawan (artis) dalam pemakaian narkoba, yang pasti mereka akan tetap diperiksa, karena mereka berada di lokasi saat itu. Tentu saja, berita penggerebekan ini menjadi sangat seksi, karena yang menjadi buruan adalah orang-orang yang biasa nampang di media. Lalu, apakah ini menunjukkan potret kehidupan para artis yang gemar “mendeketi” barang haram itu? Apakah ini juga menunjukkan signal bahwa profesi artis memang sangat memungkinkan bebasnya narkoba untuk dikonsumsi? Terus, bagaimana dengan elemen-elemen masyarakat yang lain? Tak Hanya Artis Menangkap satu artis yang terlibat narkoba memang lebih membahana dan heboh beritanya, dibandingkan menangkap 20 orang biasa dengan kasus yang sama. Di belakang semua itu, narkoba sudah banyak meracuni pemuda-pemudi negeri ini, yang tanpa diketahui publik secara langsung. Tak bisa dipungkiri, generasi muda saat ini sudah banyak yang terjerumus ke lubang kesemuan narkoba. Terlebih, bagi mereka yang mempunyai duit berlebih. Anak-anak pejabat yang termanjakan oleh kehidupan mewah dan pragmatis yang diberikan oleh orang tuanya secara tidak langsung, membuat peluang masuknya narkoba semakin mudah. Uang berlebih yang dimilikinya, menarik mereka untuk membelanjakan uang tersebut dengan narkoba untuk kemudian dikonsumsi. Bahkan, bagi merka yang tak punya uang, mereka memilih menggeser perannya sebagai distributor atau pengedar yang kemudian menyebarkan kepada teman-temannya. Tentu ini, sangat berbahaya jika dibiarkan, karena lama-kelamaan semua teman akan diajak untuk membeli narkoba. Itulah yang kemudian menimbulkan praduga bahwa narkoba kini sudah merambat ke seluruh elemen masyarakat Indonesia, tak ketinggalan para pejabat nagara. Kita tentu masih ingat beberapa waktu lalu Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menyebut bahwa ada mafia narkoba di istana. Pernyataan ini dilatarbelakangi oleh keputusan SBY yang memberikan grasi kepada terpidana mati kasus narkoba, Meirika Franola alias Ola. Siapa mafia narkoba itu? Menurut Mahfud, semua oknum pejabat penegak hukum yang telah ditangkap dan diadili belakang ini adalah mafia narkoba. Di lapas-lapas, Kepala Lapas Nusakambangan di hukum karena terlibat menjadi mafia narkoba dan juga jaksa yang ditangkap karena narkoba. Belum lama ini negeri ini, negeri ini juga sempat dihebohkan oleh perilaku hakim yang tertangkap basah mengadakan pesta narkoba. Oknum hakim ini kemudian mengungkapkan bahwa di Jakarta banyak hakim yang seperti dirinya (pengguna narkoba), meski akhirnya penjelasan tersebut diralat sendiri. Itu artinya, kita harus berhati-hati bahwa di sekita kita ancaman bahaya narkoba sangat memungkinkan untuk menjerat kita. Beberapa temuan tersebut layak dijadikan bahan refleksi, bahwa sindikat pemasaran narkoba kini sudah menyerang pilar- pilar strategis bangsa. Mulai dari pejabat negara, generasi muda, para artis, hakim, hingga posisi-posisi strategis lainnya. Narkoba memang sudah masuk ke dalam relung-relung kehidupan masyarakat Indonesia. Tak peduli profesi apapun itu. Mulai dari sekarang, semua harus waspada bahwa narkoba mengancam hidup kita. Gaya Hidup Masyarakat Indonesia yang sudah mengalami perubahan gaya hidup, dari yang sederhana dan apa adanya, menjadi kehidupan yang glamor yang terkesan hedonis. Itulah yang menyebabkan peluang empuk para ”pengusaha” narkoba untuk masuk ke dalam pusaran itu dan memainkan peran di situ. Apalagi jika kita mengingat tipologi masyarakat Indonesia yang salah satu jenisnya adalah model masyarakat yang mudah terbuai dengan produk-produk baru yang menyenangkan dan memuaskan. Tanpa berpikir dampak akhir dari produk tersebut, asalkan bisa memuaskan kesenangan semunya, maka akan dilakukan. Banyak sebenaranya yang bisa dijadikan contoh bahwa masyarakat Indonesia mempunyai tipe yang gampangan terhadap masuknya gaya hidup baru. Dalam konteks ini, narkoba merupakan jenis zat yang tidak hanya menjanjikan kesenangan semu yang menyesatkan, tetapi juga bisa membuai gaya hidup para penggunannya. Bahkan, bisa jadi penggunanya akan merasa menjadi orang hebat, modern, dan tidak gagal beradaptasi dengan komunitas kelas eksklusif. Kehidupan artis yang glamor semakin membuat peluang mereka semakin mudah untuk dirasuki. Banyaknya masalah yang menyangkut mereka, juga menjadi pemicu para artis untuk menggunakan narkoba. Narkoba sudah merambah di semua lini. Kini waktunya kita untuk selalu berhati-hati. Terlebih ketika setumpuk masalah datang menguji. Butuh kesabaran dan usaha yang untuk memusnahkan narkoba dari negeri ini. Wallahu a’lam bi al-shawab. (**) Dimuat di Radar Bangka, Senin, 04 Februari 2013 12:26 WIB Read more: http://www.radarbangka.co.id/rubrik/detail/persepktif/7989/narkoba-sebagai-gaya-hidup-artis.html
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorMokhamad Abdul Aziz Archives
October 2013
Categories |