Dimuat di Radar Bangka l Senin, 21 Januari 2013 11:56 WIB Oleh: Mokhamad Abdul Aziz* Presiden Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) akhirnya resmi mengangkat politisi Partai Demokrat Drs. Roy Suryo Notodiprojo M.Sc, yang juga anggota Komisi I DPR RI, sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Jumat (11/1/2013). Roy Suryo menggantikan Andi Alfian Mallarangeng, yang mundur terkait penetapan dirinya sebagai tersangka skandal Hambalang oleh KPK. SBY sudah mempertimbangkan masukan dari semua pihak terkait penunjukkan ini. (Wawasan, 12 Januari 2013).
Penetapan ini sekaligus mengakhiri teka-teki siapa yang akan menggatikan Andi sebagai Menpora baru. Sebelum menunjuk Roy, SBY telah meminta masukan dari berbagai pihak, termasuk Wakil Presiden Boediono, para menteri, dan pejabat lainnya. Selain itu, SBY juga telah menjaring pandangan dan pendapat masyarakat luas. Sebelumnya, sejumlah politisi Demokrat sempat dikabarkan turut menjadi calon Menpora seperti Khatibul Umam Wiranu, Achsanul Qosasi, Ramadhan Pohan, dan Saan Mustopa. Namun, pada akhirnya justru Roy lah yang dipilih oleh presiden untuk menjalankan tugas Menpora pasca Andi Mallarangeng. Mengapa Roy? Setelah menjalani fit and proper test hingga wawancara, Roy dinilai presiden layak menggantikan Andi Mallarangeng. Kecakapan dan integritasanya menjadi pertimbangan SBY. Pilihan terhadap Roy terbilang mengejutkan lantaran pria berkumis itu lebih kerap tampil sebagai pengamat telematika dan anggota Komisi I DPR. Roy juga tidak menempati posisi strategis dalam kepengurusan Partai Demokrat. Ia menjabat sebagai Sekretaris Divisi Pembinaan Anggota Partai Demokrat. Posisi Roy di Demokrat jelas kalah jauh dibandingkan para politisi Demokrat lain yang santer disebut menduduki kursi Menpora, yakni Wakil Sekretaris Jenderal Saan Mustopa dan Wakil Sekretaris Jenderal Ramadhan Pohan. Lalu, mengapa Presiden SBY memilih Roy? Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yudha AR menilai, pemilihan Roy Suryo sebagai Menpora tidak lepas dari faksi-faksi yang ada di kubu Partai Demokrat. Roy dinilai tidak terlibat langsung dalam dinamika pertarungan kubu-kubu di internal Partai Demokrat. Selain itu, Roy juga sangat jarang memberikan komentar khusus soal dinamika internal Partai Demokrat, seperti Anas versus Cikeas, beda dengan nama-nama, seperti Ruhut, Sutan, Saan, Pasek, dan lainnya. Selama ini, Hanta menilai, Presiden SBY tidak pernah menempatkan kader Demokrat dari kubu Anas menjabat sebagai menteri. Sehingga, posisi Roy Suryo relatif mendapat kepercayaan dari SBY. Tugas Berat Menunggu Setelah resmi ditetapkan sebagai menpora, Roy tidak serta merta akan mudah menjalankan peran barunya sebagai Menpora. Sebab, tugas berat telah menunggu Roy. Seperti yang telah menjadi rahasia umum, sepak bola Indonesia telah mengalami masa-masa kritis, dan itulah tugas utama yang harus dituntaskan Roy. Presiden memberi tugas khusus kepada Menpora baru Roy Suryo. SBY meminta agar Roy segera berkeja dan menuntaskan persoalan di PSSI. Kisruh PSSI dan KPSI yang juga berakibat gagalnya Timnas di AFF Cup ini memang harus segera diselesaikan, mengingat ancaman sanksi FIFA akan dijatuhkan, bila tak segera selesai. Dualisme kepungurusan PSSI yang tak kunjung selesai merupakan wujud dari egoisitas dari masing-masing pihak yang tak mau mengalah demi kepentingan nasional. Bahkan, Desember lalu masing-masing kubu telah menyelenggarakan Konferensi Luar Biasa (KLB) di dua tempat berbeda. Tentu hal ini memicu kemarahan publik yang sangat merindukan sepakbola Indonesia bisa berprestasi di tingkat dunia. Masa kerja Roy sebagai menteri sampai 2014 hanya sekitar 1,5 tahun, sementara masalah yang dihadapi kementerian begitu banyak, mulai dari konflik Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Vs Komite Penyelamat Sepak Bola (KPSI), prestasi bulu tangkis yang menurun, sampai kasus korupsi wisma altet dan Hambalang. Semua itu memerlukan kerja yang tangkas, kemampuan manajemen, resolusi konflik, dan penguasaan atas masalah olahraga. Sadar Diri Pascapenetapan dirinya sebagai Menpora, Roy mengakui bahwa jabatan Menpora yang diembannya memang tidak mudah. Apa saja prestasi atau latar belakang Roy dalam bidang olahraga ataupun kepemudaan? Roy sadar bahwa dirinya tidak memiliki latar belakang di bidang olahraga. Roy juga mengakui bahwa dirinya bukan tokoh kepemudaan yang menonjol. Meskipun ia dulu Ketua Korps Kemahasiswaan, tetapi itu bukan prestasi yang patut dibanggakan. Ia juga menyadari ekspektasi masyarakat terhadap dirinya sangat rendah. Hal itu dilihatnya dari pemberitaan di media massa dan sosial media. Namun, ia berterima kasih banyak kepada publik, khususnya kepada media yang telah menjadi lidah penyambung masyarakat. Rendahnya ekspektasi masyarakat itu tak membuat Roy mundur dari penugasan itu. Justru karena harapan publik yang sangat rendah, ditambah lagi dengan waktu yang tidak lama, maka ini dianggap Roy sebagai tugas berat dan tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan dengan tangan dingin. Rencananya, Roy telah dilantik 15 Januari 2013 kemarin. Dukungan penuh yang datang dari Partai Demokrat membuat Roy semakin bersemangat dan nyaman dalam berkeja. Meski ekpektasi masyarakat sangat rendah terhadap Roy Suryo. Namun, karena Presiden SBY telah menggunakan hak prerogatifnya, maka menteri baru itu harus segera membuktikan bahwa ia mampu fokus menangani masalah-masalah yang sedang terjadi tersebut. Ia akan menunjukkan bahwa pengangkatan dirinya sebagai Menpora baru tidak salah. Dengan semangat kepemudaan dan spirit olahraga, semoga Roy Suryo bisa membawa angin segar untuk perbaikan olahraga dan kepemudaan kita. Wallahu a’lam bi al-shawab.(**) *Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Kepemudaan HMI Komisariat Dakwah IAIN Walsiongo. Read More: http://www.radarbangka.co.id/rubrik/detail/persepktif/7786/berharap-kepada-menpora-baru.html
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorMokhamad Abdul Aziz Archives
October 2013
Categories |