MOKHAMAD ABDUL AZIZ Dalam buku The Condition of Man, Lewis Mumford pernah menulis, “Sekarang untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia tidak ada lagi tempat di muka bumi ini untuk berlindung bagi manusia yang tidak berdosa. Sesuatu yang lain telah ditunjukkan di muka mata kita yang nyalang: kebusukan peradaban kita sendiri”. Sepertinya pengamatan Mumford itu juga cocok untuk menggambarkan Indonesia saat ini. Budaya kekerasan, anarkisme, brutalisme, dan premanisme telah menggejala di Tanah Air belakangan ini. Ironisnya, budaya kekerasan tersebut hampir ada di setiap daerah dan bahkan setiap hari mengancam kehidupan masyarakat Indonesia. Tentu saja ini sangat berbahaya jika dibiarkan sebab tak hanya mereka yang berkonflik yang merasakan akibatnya.
Namun, semua rakyat Indonesia yang mengetahui hal itu dari media massa tentu akan terkena imbasnya, minimal terpengaruh secara psikologinya. Tepat jika pandangan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang ramah, suka senyum, penuh tenggang rasa, menjunjung tinggi nilai toleransi saat ini dipertanyakan. Memang pandangan ini tidak berlaku bagi seluruh masyarakat kita karena mungkin masih ada di suatu tempat yang menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan antarmanusia. Namun, yang menjadi pertanyaan, di manakah tempat yang masih aman untuk berlindung itu? Semoga tidak hanya ada di negeri utopis. Sebab itu, harus ada langkah nyata dari seluruh elemen masyarakat untuk ikut serta dalam mengembalikan Indonesia yang ramah dan toleran. Di mulai dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, sampai pada pemimpinpemimpin adat, suku, kelompok, agama, dan para pemimpin lainnya yang bersifat kultural. ● MOKHAMAD ABDUL AZIZ Mahasiswa Fakultas Dakwah, Aktivis HMI Dimuat di Sindo, 10 April 2013 Read More: http://www.koran-sindo.com/node/306474
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorMokhamad Abdul Aziz Archives
October 2013
Categories |