Oleh: Mokhamad Abdul Aziz* Bulan Februari bisa dibilang sebagai bulannya insan pers seluruh Indonesia, tak terkecuali pers mahasiswa (persma). Sebab, tanggal 9 Februari 2013 kemarin, diperingati sebagai Hari Pers Nasional (HPN). Kali ini, Dewan Pers Nasional mengangkat tema "Pers Bermutu-Bangsa Maju". Pesan dari tema tersebut adalah, bahwa pers merupakan salah satu pilar demokrasi yang sangat menentukan kemana arah bangsa ini melaju. Melalui pers yang bermutu, diharapkan masyarakat akan menerima sajian informasi berkualitas, sehingga dapat membantu dalam menyusun keputusan-keputusan penting dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Sudah menjadi rahasia umum bahwa korupsi merupakan isu sentral yang sulit untuk dimusnahkan. Ibarat penyakit, korupsi sudah sangat kronis dan komplikasinya kian parah. Oleh sebab itu, tak heran jika sekarang digembor-gemborkan gerakan antikorupsi sejak dini. Tak ketinggalan, gerakan antikorupsi juga dimulai dari kampus. Dalam konteks ini, isu korupsi bisa menjadi bahan pembelajaran untuk meningkatkan idealitas dan peranan pers mahasiswa dalam menciptakan civitas akademica yang bersih dan jujur. Dalam kehidupan bernegara, pers berperan sebagai media kontrol pemerintah. Sama halnya dengan kehidupan kampus, persma memiliki peranan yang sangat vital, yaitu sebagai kontrol pemerintahan di kampus, baik dalam konteks rektorat maupun pemerintahan mahasiswa. Namun, saat ini idealitas persma seakan telah pudar. Tak seperti dulu yang perananya mampu memacu rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan, kini persma seakan hanya menjadi media hiburan semata. Bisa jadi penyebabnya adalah pudarnya kritisisme dan idealisme mahasiswa sebagai pegiatnya. Atau faktor lain, misalnya pendanaan yang masih bergantung pada birokrasi kampus, sehingga menyebabkan persma tak berani kritis dan obyektif terhadap kebijakan kampus. Padahal, persma harus senantiasa independen dalam perjuangannya. Independensi inilah yang seharusnya dikembalikan, untuk menjadikan persma yang kritis dan obyektif. Dengan begitu, peranan persma sebagai kontrol pemerintahan kampus bisa dijalankan dengan baik. Media massa sebagai salah satu pilar demokrasi, saat ini telah mengobati hati nurani rakyat yang rasa keadilannya telah dicederai oleh para penegak hukum. Dengan gagah, media massa mampu memberitakan perkara-perkara korupsi, suap, pencucian uang, mafia, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, persma juga harus melakukan hal yang sama, guna memulai gerakan antikorupsi dari kampus. Harian jogja, Februari 2013 *Pemimpin Redaksi Bulletin Mahasiswa Islam (BUMI), Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Walisongo Semarang.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorMokhamad Abdul Aziz Archives
May 2013
Categories |