Dimuat di Rimanews.com Monday, 22 Oktober 2012 - 19:18 Oleh: Mokhamad Abdul Aziz* Bulan Oktober bisa dikatakan bulannya para Pemuda. Tepatnya setiap tanggal 28 Oktober bangsa Indonesia memperingati peristiwa Sumpah Pemuda. Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, harus diakui peran pemuda memang tidak pernah lepas dari perubahan bangsa. Dalam menjemput kemerdekaan bangsa Indonesia 1945 misalnya, pemuda mempunyai andil yang besar, yaitu dengan menculik Ir. Soekarno untuk memproklamasikan kemerdekaan secepatnya. Sehingga, bangsa Indonesia akhirnya merdeka dan “bebas” dari penderitaan yang panjang. Seandainya saat itu pemuda indonesia tidak bersatu membulatkan tekad untusk memaksa kemerdekaan Indonesia, tidak ada yang tau, apakah Indonesia sudah merdeka atau belum sekarang ini.
Pada dasarnya, awal kebangkitan dan persatuan pemuda Indonesia adalah tanggal 28 Oktober 1928, tepatnya pada rapat kedua dari Kongres Pemuda Kedua. Yang mana tanggal itu sekarang diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Sumpah Pemuda. Pada tanggal itulah pemuda-pemudi Indonesia mengikrarkan janji setia yang disebut sumpah pemuda. “Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia.” Dari ikrar tersebut, pemuda-pemudi Indonesia percaya bahwa bangsa Indonesia akan bersatu padu, meskipun dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda-beda. Muhammad Yamin adalah seorang tokoh yang menulis naskah sumpah pemuda itu. Dalam rapat pertama tanggal 27 Oktober 1928, Yamin menguraikan tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan. Pemuda-pemudi yang hadir dalam kongres itu benar-benar komitmen demi mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia. Komitmen itu didorong ketertindasan rakyat Indonesia di bawah kekuasaan kaum kolonialis. Peristiwa sumpah pemuda inilah yang menjadi awal perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian, yaitu pada 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari sumpah pemuda sekaligus hari lahirnya bangsa Indonesia yang sebenarnya. Sebagai rakyat Indonesia yang baik, seharusnya tidak memperingatinya saja, tetapi seharusnya semua warga khususnya para kaum muda melanjutkan perjuangan para pahlawan muda yang berjuang tanpa takut mati. Perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini, sidikit banyak mempengaruhi pemuda-pemudi Indonesia. Tidak dipungkiri lagi, jika pemuda-pemudi Indonesia sekarang ini rasa persatuan dan kesatuannya tidak sekuat dahulu. Kehidupan yang bersifat hedonis, matrialistis, dan westernisasi (hidup kebarat-baratan) sudah menjadi virus yang sulit untuk dicegah di kalangan pemuda-pemudi. Hal ini yang merubah makna menurut penulis, bukan lagi sumpah pemuda, tapi sampah pemuda. Hal ini terjadi karena tidak diimbangi dengan ilmu agama yang kuat. Sehingga setiap hari sifat-sifat negatif itu terus berkembang dan beranak pinak. Sifat individual juga kian parah melanda negeri ini. Rasa pesaudaraan, rasa seperjuangan, rasa sebangsa setanah air dan solidaritas tidak lagi dijunjung tinggi. Akibatnya, sering terjadi pertengkaran, permusuhan, bahkan pertikaian antar sesama warga Indonesia. Sikap fanatik terhadap kelompoknya sendiri juga menjadi salah satu penyebab berkurangnya rasa persatuan dan cinta tanah air. Sehingga, antara kelompok satu dengan kelompok lain saling menghina, saling menjelekkan dan menjatuhkan, karena menganggap kelompoknya paling benar dan kelompok lain dianggap salah. Sangat disayangkan, jika fanatik terhadap kelompok bisa menjadi pemecah bangsa. Sifat ini tidak hanya dialami oleh kelompok menengah ke bawah saja. Para pelaksana pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, di tingkat eksekutif, legeslatif, maupun yudikatif juga menerapakan sifat-sifat setan ini dalam menjalankan roda pemerintahan. Mereka kalangan elit tidak lagi memikirkan kehidupan rakyat kecil. Kebanyakan dari mereka hanya memikirkan kepentingannya sendiri atau kepentingan kelompoknya. Buktinya, masih banyak sekali rakyat yang hidup menderita sedangkan para penguasa hidup mewah tanpa memikirkan rakyatnya, sungguh ironis sekali. Negeri yang kekayaannya luar biasa ini, sebenarnya lebih-lebih jika hanya untuk mencukupi rakyatnya, tetapi pada praktiknya hanya dinikmati golongan-golongan tertentu saja. Jika tidak segera diluruskan, bukan tidak mungkin bangsa ini akan terjajah kembali. Sebenarnya, tidak ada yang sulit untuk merubah semuanya untuk dikembalikan seperti sebelumnya. Dimulai dari diri perorangan, dengan cara menghilangkan sifat-sifat negatif di atas. Maka, tidak butuh waktu lama untuk melihat bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan dihormati, serta disegani bangsa lain. Jika semua elemen negara menerapkan sifat-sifat yang positif, seperti jujur, menolong yang lemah, menyukai persatuan, cinta tanah air dan lain sebagainya, maka negara ini benar-benar akan menjadi negara yang Baldatun thoyyibun wa rabbun ghofur. Bahasa Indonesia Naskah sumpah pemuda poin yang ketiga adalah mengenai bahasa yang satu, yaitu bahasa Indonesia. Melihat keadaan bahasa indonesia sekarang ini sungguh memprihatinkan, tampaknya makna poin ketiga dari naskah sumpah pemuda itu sudah terjadi pergeseran. Sekarang bahasa Indonesia sudah kalah pamor dengan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya, bahkan kalah dengan bahasa gaul di kalangan pemuda. Pergeseran bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris dapat dilihat bahwa kemampuan berbahasa Inggris sekarang ini bukan lagi sesuatu yang menakjubkan dibanding dengan beberapa dekade lalu. Sekarang ini banyak sekali lagu-lagu, dialog-dialog dalam film maupun seinetron yang berlirik bahasa Inggris. Tidak hanya itu, dalam kehidupan bergaul dengan sesama juga banyak menggunakan bahasa inggris. Tidak salah jika setiap hari bahasa Inggris merasuki kehidupan masyarakat, tetapi seharusnya juga harus menyesuaikan waktu, tempat dan tujuannyaa. Dengan kebiasaan seperti itu, bahasa indonesia yang baik dan benar akan semakin jauh dari harapan pemuda dahulu yang mengikrarkan bahasa indonesia sebagai identitas bangsa Indonesia. Semua yang dilakukan pahlawan muda dahulu bukan tanpa tujuan. Tujuannya tidak lain adalah ingin menunjukkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa kebanggaan indonesia, bahasa persatuan bangsa Indonesia. Karena dengan bahasa, eksistensi suatu bangsa dapat ditunjukkan. Selain bahasa Inggris yang sudah mulai menggeser posisi bahasa Indonesia, ada lagi bahasa yang bahkan dikawatirkan merusak bahasa Indonesia, yaitu bahasa gaul. Tidak ada yang tahu bahasa gaul datang darimana dan yang menciptakan siapa, tetapi dalam waktu singkat, bahasa ini dapat menghipnotis seseorang yang mendengarkan untuk menirunya. Misalnya, kata “secara” sekarang ini dengan sengaja sering digunakan tidak pada tempatnya. Tetapi dengan sering didengarkan, bahasa ini dianggap benar dan digunakan meskipun maknanya tidak sesuai aslinya. Masih banyak lagi kata-kata lain yang tidak sesuai kaidah EYD bahasa Indonesia yang digunakan dalam sehari-hari. Jika semua orang berbicara dengan bahasa Inggris dan bahasa gaul dalam kehidupan sehari-hari, maka beberapa tahun kedepan dapat dibayangkan bahasa Indinesia menjadi suatu hal yang langka dikalangan anak muda. Bagaimana dengan identitas nasional dari bangsa indonesia? Apakah Indonesia akan menjadi negara gaul ? atau negara yang bahasa nasionalnya bahasa Inggris? Hal ini tidak mungkin, karena tidak semua orang Indonesia bisa berbicara bahasa Inggris. Jika suatu bangsa ingin menjadi bangsa yang maju, maka bangsa itu harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Akan tetapi, bukan berarti bangsa itu meninggalkan identitasnya. Mempelajari bahasa asing itu baik, jika tujuanya untuk perbaikan bangsa ini. Dengan bahasa menguasai bahasa asing diharapkan masyarakat bisa menyerap banyak ilmu dari membaca buku-buku berbahasa Inggris. Selain itu masyarakat juga bisa menambah informasi lewat menonton berita bahasa Inggris, berkomunikasi dengan orang yang berbahasa Inggris dan hal-hal lain yang bertujuan untuk menangkap informasi lebih. Sehingga dengan informasi yang lebih dan ilmu yang memadai yang didapatkan dari buku-buku bahasa Inggris dan lainya, maka itu akan memperbaiki bangsa Indonesia yang kian terpuruk ini. Wallahu a’lam bi al-shawwab. _______________________________ *Perdana Menteri Monash Institute, Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Kepemudaan (Kabid PTKP) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
1 Comment
|
AuthorMokhamad Abdul Aziz Archives
May 2013
Categories |