Oleh: Mokhamad Abdul Aziz* Setelah kurang lebih dua tahun lamanya, kisruh sepak bola negeri ini akhirnya menemukan titik akhir. Hal ini ditandai dengan keberhasilan PSSI menadakan Kongres Luar Biasa (KLB), di Hotel BorobudurJakarta pada Minggu (17/03).KLB ini merupakansalah satu syarat agar Indonesia terhindar darisanksi FIFA.Masalah yang selama ini terus bergulir, terutama adanya dualisme kepemimpinan, yaitu PSSI dan KPSI, kini sudah berakhir. Ini adalah bentuk reaksi PSSI yang ditekan habis-habisan oleh seluruh pihak yang cinta dengan persepakbolaan Indonesia, mulai dari upaya Menpora Roy Suryo sampai masyarakat yang tiada henti memberikan kritik konstruktif. Ya, Forum KLB itu akhirnyaberhasil menyatukan dua kubu yang berseteru, yang ditandai dengan pembubaran Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI).Sebagai gantinya, Ketua Umum PSSI tandingan (KPSI), La Nyalla Mattalittidiangkat sebagai menjadi wakil ketua umum PSSI hasil unifikasi.Dari sinilah, wajah baru persepakbolaan nasionalbisa diharapkan membaik.
Ini adalah awal yang baik dari sebuah perjuangan besar. Sebagai masyarakat yang senantiasa mengamati proses konflik yang terjadi di PSSI, kita perlu memberikan apresiasi kepada Rroy Suryo. Pasalnya, sebagai Menpora baru yang menggantikan Andi Mallarangeng, ia akhirnya berhasil menjalankan tugasnya dengan baik dan mampu menyelesaikan misi utamanya, yaitu menyelesaikan kisruh sepak bola nasional. Meski sempat diragukan, akhirnya Roy membuktikan diri bahwa penunjukkan dirinya oleh SBY sebagai Menpora tidaklah salah. Perjuangan Belum Selesai Pada mulanya, jika PSSI tidak bisa menyelesaikan konflik internal sepak bola Indonesia yang muncul sejak terpilihnya Djohar Arifin Husin padaKLB Solo, 9 Juli 2011, makaFIFA mengancam akan membekukan PSSI.Tepatnya, pada 20 Maret lalu, FIFA akan menjatuhkan sanksi, jika memang PSSI tak mampu menyelesaikan konflik tersebut. Jika gagal menemukan jalan keluar, konflik internal Indonesia akan dibawa ke rapat Exco FIFA pada 20 Maret di Zurich, Swiss. Hukuman yang akan dikuelurkan FIFA tak tanggung-tanggung. FIFA berencana menghukum Indonesia dua tahun untuk tidak terlibat dalam kancah sepak bola internasional.Namun, sanksi itupun akhirnya bisa dihindari oleh Indonesia, setelah KLB berhasil menyelesaikan kisruh yang membuat penggemar sepak bola itu bosan. Namun, jika telisik lebih dalam, konflik dalam tubuh PSSI sebenarnya belum sepenuhnya selesai.Suasan KLB sebelu dimulai, menggambarkan betapa kompleksnya masalah PSSI. Pengamanan ketat, penegakan aturan yang sudah ditetapkan sebelum KLB, dan sidang yang bisa dikendalikan mengakibatkan ketegangan tidak berlarut-larut. Bahkan, sempat terjadikericuhanmenjelang pembukaanKLB. Hal ini disebabkan oleh munculnya18 utusan pengurus karteker pengprov PSSI, yangmenuntut masuk ke ruang sidang. Meski akhirnya mereka bisa dihalau, tetapi kejadian itu menunjukkan bahwa kondisi PSSI belum sepenuhnya tuntas. Dualisme kepengurusan yang selama ini menjadi isu sentral, kini masih menjadi maslah di tingkat wilayah. Pasalnya, di 18 pengprov yang memiliki kepengurusan karteker, tentu saja menunjukkan masihterdapat dualisme kepengurusan di satu wilayah. Dualisme itu bahkan juga merambah sampai ke beberapa klubdi tanah air. Inilah yang masih mengganggu konsentarsi sepakbola Indonesia, karena bagaimanapun, daerah lah yang mengurusi klub-klub dan menjadi penyupelai pemain timnas. Kondisi inilah yang harus segera diperbaikioleh PSSI selanjutnya.Maka, bisa dimengerti juga jika adapihak-pihak yang bersengketa di level kepengurusan provinsi dan klub melakukan manuver-manuver untuk mempertahankan diri. Suasana keorganisasian PSSI sepertinya juga belum kondusif. Sanksi skors terhadap enam anggota komite eksekutif (ESCO) padaKLBkemarin, menjadi buktinya. Hal inimenunjukkan penyatuan dalam tubuh PSSI belum sepenuhnya terjadi. Bisa saja, pihak-pihak yang merasa dirugikan itu akan membuat PSSI tandingan kembali, karena mereka punya dasar untuk melakukannya. Namun, hal itu seharusnya bisa segara diredam. Jangan sampai hal serupa akan terulang kembali. Kesepakatan untuk menggabungkan dua liga, yakni Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (IPL) mulai musim kompetisi 2014merupakan sebuah awal yang sangat baik dan tentunya sangat berharga. Dua konsep kompetisi yang selama ini dijalankan, kini akan segara berakhir. Tak hanya itu, sesuai keputusan KLB, Indonesia saat ini juga hanya mempunyai satu tim nasional. Ini adalah awal yang baik dari sebuah perjuangan untuk mengembalikan kejayaan persepakbolaan Indonesia. Majulah Indonesiaku. Dewasalah para pengurus sepak bola masional. _______________________________________________________________________ *Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
6 Comments
12/20/2022 04:13:03 pm
İnstagram takipçi satın almak istiyorsan tıkla.
Reply
1/7/2023 08:50:08 pm
100 tl deneme bonusu veren siteleri öğrenmek istiyorsan tıkla.
Reply
6/29/2023 05:47:26 pm
En iyi ağrı ilan sitesi burada. https://agri.escorthun.com/
Reply
7/21/2023 06:19:15 am
https://palandoken-escort.bayanlar.xyz/ teşekkürler
Reply
Leave a Reply. |
AuthorMokhamad Abdul Aziz Archives
May 2013
Categories |