Oleh: Mokhamad Abdul Aziz* Semua orang di negeri ini pasti setuju jika Indonesia disebut sebagai negara tersubur dengan kekayaan alam paling melimpah di dunia. Bahkan, sejak bersekolah di Sekolah Dasar (SD), kita sudah dikenalkan dengan berbagai kekayaan negeri ini dengan segala macam jenis dan fungsinya. Kekayaan alam itu membentang dari Sabang sampai Merauke, dan tak bisa dihitung betapa besar jumlahnya. Berbagai macam jenis ikan hidup di laut yang begitu luas yang dikelilingi beribu-ribu pulau. Sementara, di pulau-pulau itu, terdapat berbagai macam hewan dan memiliki jutaan spesies flora. Ditambah lagi, berapa luas lahan tambang yang tertanam di perut bumi Nusantara. Semuanya tak bisa dihitung. Oleh karena itu, Indonesia sangat masyhursebagai negara maritim sekaligus agraris.
Untuk menggambarkan kesuburan tersebut, andai seseorang membuang sebuah biji tanpa rawat pun akan tumbuh dengan sendirinya. Begitu suburkah negeri kita? Itulah sebab mengapa mayoritas rakyat Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Namun, sampai saat ini swasembada pangan masih belum bisa diwujudkan. Akhir-akhir ini, rakyat Indonesia tengah galau menghadapi harga bawang merah dan putih yang terus melonjak harganya.Hal ini disebabkan olehstok bawang dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Akibatnya, tak menutup kemungkinan pemerintah akan kembali mengimpor bawang besar-besaran. Mengapa negeri ini kian terpuruk? Bukankan Tuhan telah memberikan nikmat kesuburan dan kekayaan alam yang tak ternilai harganya kepada bangsa ini. Apakah ini bentuk dari kemarahan Tuhan? Itulah pertanyaan dari pikiran-pikiran teologis yang mungkin menjadi penyebab terpuruknya negeri ini. Di atas segalanya, rakyat Indonesia memang harus berintrospeksi diri. Apakah kita ini kurang bersukur kepada Tuhan? Ataukah pemerintah kita yang kurang bersyukur atas limpahan nikmat yang diberikan untuk negeri ini? Dalam "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS: Ibrahim ayat 7). Jika kita merujuk pada al-Qur’an Surat Ar-Rahman, sebanyak 31 Kali Allah SWT bertanya kepada umat manusia, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” dari situ bisa dipahami bahwa memang kebanyakan orang itu tidak bersyukur atas kenikmatan yang telah diberikan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, tak ada jalan lain, jika ingin memajukan Indonesia, selain rakyat Indonesia bersyukur. Syukur ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara yang positif. Salah satunya adalah merawat bumi ini dan memanfaatkannya dengan baik dan bijak. Dalam sektor pertanian, pemerintah melalui menteri pertanian harus memberikan jalan untuk membantu petani dalam mengembangkan prduksi pertaniannya. Jika petani sudah berkerja keras, pemerintah membantu menyediakan bibit unggul, pemupukan, dan mengontrolnya, maka bukan hal yang mustahil untuk Indonesia menjadi negeri yang subur dan syukur. Sehingga, swasembada pangan Indonesia akan tercapai. ______________________________________________________________ *Ketua HMI Komisariat Dakwah IAIN Walisongo dan Perdana Menteri di Monash Institute 2012 Semarang. Dimuat di Rimanews pada Kamis, 04/04/2013 - 16:40 WIB Read More: http://www.rimanews.com/read/20130404/97633/negeri-subur-siapa-yang-kufur
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorMokhamad Abdul Aziz Archives
November 2013
Categories |